Karawang| SuaraPurwasuka.Com |Perjuangan menekan stunting di Kabupaten Karawang belum selesai, tetapi kabar baiknya laju penurunan mulai terlihat. Data resmi Dinas Kesehatan Karawang mencatat prevalensi stunting tahun 2024 turun menjadi 16,3%, membaik dibanding 17,1% pada 2023. Meski begitu, target nasional 14% masih menanti untuk ditaklukkan.
“Ini bukan sekadar angka. Di balik setiap persen, ada anak yang tumbuh lebih sehat, lebih cerdas, dan lebih berpeluang meraih masa depan,” demikian narasi yang mengemuka dalam berbagai agenda percepatan penurunan stunting di Karawang sepanjang 2025, ketika pemerintah daerah memaparkan 8 Aksi Konvergensi—dari perencanaan, penganggaran, sampai pengukuran dan publikasi kinerja.
Turun, tapi belum aman
Jika ditarik garis komparasi, posisi Karawang pada 2024 lebih baik dari rerata Jawa Barat (23,2%) dan nasional (±21,5%) yang dikutip Dinkes setempat. Artinya, kerja bersama lintas sektor mulai membuahkan hasil, walau kantong-kantong risiko masih nyata.
Di lapangan, masalahnya sangat manusiawi
Dinas Kesehatan mencatat tantangan yang “membumi”: balita tidak rutin datang ke posyandu, buku KIA kurang dimanfaatkan, validasi kasus gizi belum optimal, sampai isu pengasuhan kala ibu bekerja. Di sisi lain, sanitasi dan akses air juga menentukan kualitas tumbuh kembang. Hal-hal sederhana ini krusial, sebab 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) tak bisa diulang.
2025: ajakan “turun tangan” bareng-bareng
Memasuki 2025, Pemkab menguatkan intervensi serentak: peningkatan cakupan timbang & ukur, edukasi gizi ibu hamil/menyusui, pendampingan keluarga berisiko, dan sinergi lintas OPD serta desa (melalui forum TPPS). Pesannya tegas: dari posyandu hingga rumah tangga, semua punya peran.
> “Stunting bukan takdir. Ini soal komitmen harian: hadir di posyandu, pantau tumbuh kembang, pastikan asupan gizi, dan jaga sanitasi. Karawang bisa!”
Apa yang perlu dilakukan warga—mulai hari ini
Datang ke posyandu tiap bulan: ukur berat/tinggi dan simpan catatan di buku KIA.
Ibu hamil & menyusui: penuhi protein hewani terjangkau (telur, ikan), konsumsi TTD sesuai anjuran.
Orang tua balita: terapkan MP-ASI tepat tekstur, jadwal makan teratur, dan cuci tangan pakai sabun.
Lingkungan & desa: gotong royong jambanisasi, air bersih, dan PHBS.
Mengapa ini mendesak?
Keterlambatan intervensi berisiko pada perkembangan kognitif dan produktivitas anak di masa depan—beban ekonomi bisa menyentuh 2–3% PDB jika dibiarkan. Setiap keberhasilan menurunkan satu persen stunting, adalah investasi langsung untuk daya saing Karawang esok hari.
(Red)
Komentar Pembaca